Pages

Selasa, 19 Juli 2011

4 Perbedaan Terbesar Orang Indonesia dan Amerika

Amerika (USA), siapa yang tidak tau dengan negara ini? Kalo bicara mengenai negara ini tentu ga akan habis2nya. Warga Amerika memiliki pola hidup yang sering dijadikan contoh untuk diikuti oleh warga2 negara lain terutama kehidupan kaum remajanya, termasuk juga sebagian besar remaja Indonesia. Amerika merupakan negara yang unggul di segala bidang, baik itu Pertahanan, Ekonomi, Budaya, dan Pendidikan. Dalam dunia pendidikan, terdapat 4 (mungkin lebih) perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan dengan sistem pendidikan di Indonesia, hal itulah yang menjadikan betapa bila dibandingkan dengan sistem pendidikan di Indonesia, maka terlihat jelas sistem pendidikan di Amerika jauh lebih maju dan berakibat juga pada terciptanya manusia2 cerdas di sana.
Adapun Perbedaan itu..

1. Pilih yang mana, universitas/sekolah swasta atau negeri?

Coba anda ajukan pertanyaan ini kepada orang Indonesia, pasti mereka akan langsung menjawab “jelas negeri!”. Di Indonesia, sekolah swasta umumnya tidak terlalu terkenal, kecuali jika memang punya nama besar seperti Bali International School atau sejenisnya yang memiliki prestasi tingkat tinggi. Umumnya orang Indonesia lebih memilih sekolah negeri karena biaya lebih murah. Begitu juga dengan orang Amerika. Sekolah negeri atau public schools di sana memang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah negara bagian yang bersangkutan. Namun, ketika menyangkut kualitas, umumnya sekolah swasta di Indonesia memiliki sedikit masalah dengan kualitas. Persepsi bahwa sekolah swasta memiliki mutu yang kurang daripada sekolah negeri menyebabkan sekolah negeri kebanjiran peminat. Lain halnya dengan di Amerika. Meskipun biayanya lebih mahal, sekolah swasta dilirik oleh orang mampu karena sekolah swasta atauprivate schools umumnya memiliki image borjuis dan elite. Soal mutu, mungkin ada perbedaan sedikit, tapi tidak terlalu signifikan.

2. Yang mana duluan, teori atau praktek?

Sistem pendidikan di Indonesia terlalu menekankan pada teori. Semuanya berdasarkan teori. Memang sekolah mempunyai lab, namun jarang digunakan. Siswa-siswa SD diajarkan materi yang jauh melebihi kemampuan nalarnya. Secara akademis, mereka bagus. Namun, begitu disuruh melakukan praktek, mereka kelabakan. Seperti sebuah adegan dari film 3 Idiots, hanya Rancho yang mempraktekkan air garam sebagai elektrolit dengan cara menyetrum seniornya yang kencing di depan pintunya dengan sebuah sendok.Semua orang tahu kalau air garam adalah elektrolit, tapi tidak semua orang bisa mempraktekkan kegunaannya.

Orang Amerika berbeda lagi. Mereka memiliki rasa ingin tahu dan sikap ilmiah yang cukup tinggi. Sistem pendidikan berbasis pada learning by doing atau “belajar dengan cara melakukan”. Jika anda berkunjung ke sekolah Amerika, biasanya pada pelajaran sains, lab pasti ramai. Selain itu, di beberapa sekolah, terdapat kewajiban kerja amal. Ini melatih soft skill siswa untuk hidup di masyarakat. Sebagai perbandingan, dalam kurikulum Amerika tidak dikenal adanya “Pendidikan Agama” ataupun “Budi Pekerti” atau “Pendidikan Anti-Korupsi”. Tapi apakah itu berarti mereka tidak punya moral dan akhlak? SALAH BESAR! Di Indonesia, kita hanya mempelajari teori Budi Pekerti, bukan mempraktekkan, sedang orang Amerika sudah belajar etika dari masyarakat sejak kecil.

3. Konsumerisme

Orang Indonesia cenderung ikut-ikutan. Entah itu trend handphone, memakai kawat gigi, bermobil, dan sejenisnya. Hal itu menyebabkan tingkat konsumsi Indonesia akan barang luar sangat besar. Apalagi penyebabnya kalau bukan iklan-iklan tidak bermutu di media massa dan tekanan teman-teman (peer group). Remaja-remaja membuang-buang uang untuk membeli BlackBerry, berbondong-bondong ke ahli gigi untuk memasang kawat gigi yang membuat penampilan mereka semakin hancur saja, dan merengek kepada orang tua agar dibelikan mobil. Bahkan para orang tua pun memiliki konsumsi yang cukup besar, apalagi yang tinggal di daerah metropolitan macam Jakarta.

Sebenarnya orang Amerika tidak terlalu berbeda, tapi mereka mempunyai konsep yang jelas tentang keuangan mereka. Dengan bantuan financial advisor, perencanaan keuangan menjadi mudah. Ditambah dengan asuransi, maka mereka tidak perlu khawatir apabila mobil mereka tiba-tiba hancur. Tapi yang terlihat jelas berbeda adalah kemampuan remaja Amerika dalam mencari uang sedari remaja. Tidaklah aneh melihat mahasiswa bekerja di sebagai kasir convinience store atau busboy di McDonalds untuk mencari tambahan uang jajan. Intinya, mereka lebih tahu cara menggunakan uang.

4. Apakah jalan hidupmu hanya satu, atau banyak?

Sistem pendidikan Indonesia memiliki ciri khas, yaitu sistem penjurusan sedari SMA yaitu IPA dan IPS. Dan celakanya, pamor jurusan IPA lebih baik daripada IPS. Hal ini membuat seolah-olah jalan hidup dibagi menjadi 2, yaitu mau jadi orang IPA atau IPS. Tapi tetap saja, sistem pendidikan Indonesia tidak menghargai siswa itu sendiri karena sistem ini. Siswa adalah sebuah wildcard, seorang Novice yang belum memperoleh Job dan mengalokasikan Skill Point. Dengan adanya penjurusan, maka sekolah mematikan hak siswa untuk memilih apa yang disenangi.

Di Amerika, siswa diberi kebebasan memilih mata pelajaran apapun yang ia sukai. Selain menyenangkan, sistem itu membuatnya lebih cepat mengenali kemampuannya sendiri. Hal ini sesuai denga pandangan liberal bangsa Amerika.



Sumber : yafi20.blogspot.com

Selengkapnya...

Kamis, 07 Juli 2011

Siswa Pemenang Olimpiade ini Kecewa dengan Janji Pemerintah

Ditolak di negeri sendiri, siswa asal SMAN 1 Purwokerto ini justru diterima di salah satu Universitas ternama di Singapura

Masih adanya praktek diskriminasi dalam dunia pendidikan di negeri ini, kelak bakal semakin banyak manusia2 cerdas Indonesia yang lebih memilih mengabdikan dirinya untuk negeri lain, karena tidak adanya rasa penghargaan, tidak ada sikap respek terhadap kecerdasan seseorang, dan tidak adanya rasa memiliki di negeri ini, yang ada hanya sifat tamak, angkuh dan korup.




Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) menorehkan prestasi di ajang International Chemistry Olympiade (IChO)
atau Olmpiade Kimia Internasional yang berlangsung di Tokyo, Jepang, 15-27 Juli 2010. Indonesia meraih 1 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.

Selasa, 05 Juli 2011 | 22:56 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta -Stephan Haniel, siswa yang baru lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas tahun ini bukan pelajar bernilai rata-rata di sekolahnya. Siswa menginjak usia 18 tahun ini bahkan berhasil menggondol medali perunggu dalam ajang Olimpiade Kimia Internasional di Jepang tahun lalu.

Tahun ini pun, ia kembali akan bertarung di ajang yang serupa untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Namun, semburat kekecewaan terlihat di wajahnya saat Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal secara khusus melepas kepergian 5 tim olimpiade sains internasional di kantor Kementerian Pendidikan Nasional malam ini, Selasa 5 Juli 2011.

Dalam kesempatan ini, di ruangan pertemuan menteri, Stephan mengeluarkan keluh kesahnya. Ia mengaku kecewa atas janji pemerintah yang diberikan khusus kepada anak-anak yang meraih prestasi di ajang bergengsi. "Kami kecewa, sudah diberi janji beasiswa dan diberi kemudahan masuk kuliah jurusan manapun yang saya mau tapi tetap tidak masuk,"ujarnya.


Permasalahan yang dialami Stephan yakni tidak diterima di Universitas Negeri di Indonesia melalui jalur undangan. Padahal jika bertolak dari Instruksi Presiden di tahun 2008, siswa yang meraih medali diberikan kesempatan emas untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dengan beasiswa.

Ditolak di negeri sendiri, siswa asal SMAN 1 Purwokerto ini justru diterima di salah satu Universitas ternama di Singapura. "Tidak dengan syarat-syarat yang ribet, tinggal masuk saja," kata Stephen. Akan tetapi kendala yang dialaminya tidak berhenti begitu saja. Oleh universitas tempat ia diterima mengharuskannya untuk segera membayar biaya segala macam. "Tapi beasiswa dari sini (pemerintah) baru turun tahun depan," tuturnya. Ternyata, tidak hanya Stephan yang mengalami nasib serupa. Stephan membeberkan kejadian yang dialami sesama peserta olimpiade internasional yang mengalami keterlambatan pencairan uang beasiswa hingga tidak diterima di perguruan tinggi negeri."Ada teman yang juga dapat medali tapi tidak diterima SNMPTN undangan karena dia bukan dari sekolah favorit, (WTF..???)" tukasnya. Anugerah Erlaut, mahasiswa tingkat dua di Nanyang Technology University Singapura contohnya. Ia berhasil meraih medali perak dan emas di olimpiade Biologi Internasional berturut-turut di tahun 2008-2009. Ia mengeluhkan lambatnya biaya beasiswa yang turun. Padahal di bulan September semestinya uang bayaran sudah harus disetornya. "Dan saya ke sana karena adanya kemudahan, tidak susah seperti teman di dalam negeri," kata Anugerah saat ditemui di kesempatan yang sama. Dalam pertemuan kali ini, Stephen dan Anugrah pun mengharapkan agar pemerintah dapat dengan segera menurunkan uang beasiswa yang diterimanya. "Padahal tadi katanya kita mewakili 240 juta penduduk Indonesia, tapi gimana nasibnya kalau kami yang sudah bawa nama bangsa tapi di drop out karena tidak bisa membayar,"pungkas Stephen. 

Sumber : tempointeraktif
Selengkapnya...

Rabu, 22 Juni 2011

Listrik Sejumlah SMA di Aceh Timur Terancam Diputuskan

TRIBUNNEWS.COM, LANGSA - Sebanyak 18 unit Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tujuh unit Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Aceh Timur hingga kini belum bisa melunasi tagihan listrik dan biaya operasional lainnya.

Kondisi itu diakibatkan, tidak dialokasikannya dana bantuan operasional (DBO) yang seharusnya sudah dianggarkan dalam APBK 2011. Bahkan, banyak di antara pengurus sekolah yang sudah meminjam dana operasional untuk menutupi kebutuhan selama ini.


Kondisi itu terungkap saat Ketua Komisi C DPRK Aceh Timur, Abdul Hamid yang didampingi anggota komisi, T Zakaria, Maimun, dan Fadil Muhammad dalam jumpa pers yang digelar di Gedung DPRK setempat di Langsa, Selasa (21/6/2011).

Menurut Abdul Hamid alias Kacamata, alokasi dana untuk DBO sekolah sudah diminta kepada eksekutif agar bisa disegerakan. Permintaan pengusulan ke tim anggaran pemerintah daerah (TAPD) Aceh Timur, karena kondisi sekolah yang hampir harus ditutup karena tidak ada biaya operasional.

Para anggota komisi C juga juga menyatakan kekecewaan mereka dengan kinerja tim panitia anggaran eksekutif. Soalnya anggaran DBO sekolah ini tidak diusulkan pada pembahasan RAPBK 2011. “Padahal anggaran itu sangat penting dan menjadi skala prioritas,” kata Kacamata.

Sementara itu, Anggota Komisi C, T Zakaria mengatakan, pihak PT PLN dikabarkan akan segera memutuskan aliran listrik secara massal ke seluruh SMA dan SMK di Aceh Timur yang menunggal rekening. Kebijakan PLN tersebut, menurut T Zakaria, karena tagihan listrik sudah enam bulan belum dilunasi.

Anggota lain, Fadil Muhammad dan Maimun juga berharap agar bupati dan sekda bisa secepatnya menuntaskan persoalan dan jangan sampai berlarut-larut. “Karena ini menyangkut hajat kepentingan para siswa di daerah kita,” timpal keduanya.

T Zakaria juga Ketua Fraksi Demokrat menambahkan, pihaknya juga berusaha mencari tahu informasi keberadaan dana tersebut ke DPKKD. Bahkan, ia mengaku akan melakukan pengecekan ke provinsi di Banda Aceh. “Tapi DBO itu kan juga menjadi tanggung jawab Pemkab Aceh Timur, yang harus dialokasikan sesuai kemampuan daerah,” katanya.

Ia juga menyebutkan ada sejumlah mata anggaran yang seharusnya menjadi skala prioritas dan harus segera diusulkan. Di antaranya adalah, dana DBO, pengamanan Pilkada, E-KTP, dan dana sharing PNPM.

“Tapi eksekutif tak satu pun mengutamakan item anggaran ini,” tukas Kacamata. Turut hadir pula, Bendahara Dinas Pendidikan Aceh Timur, Agus Satria yang ikut memberikan penjelasan di hadapan

Komisi C. Menurut Agus, seharusnya anggaran DBO sekolah sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemerintah daerah. Sementara pihak provinsi hanya sebagai pendukung.

“Artinya, dana DOB dari provinsi itu hanya sebatas tambahan saja, selebihnya menjadi tangung jawab pemerintah daerah,” katanya.

Ia juga mengatakan, para kepala sekolah sudah merasa kebingungan, apalagi mendekati penerimaan siswa baru. “Untuk biaya fotokopi formulir penerimaan siswa baru saja tidak tahu mau diambil dari mana uangnya, kan tidak mungkin memungut biaya dari siswa baru,” kata Agus.

Sebelumnya diberitakan, para kepala sekolah SMA dan SMK mengadukan perihal tersebut ke Dewan. Mereka mengeluhkan kondisi utang yang sudah membengkak untuk menutupi kebutuhan biaya operasional setiap hari. (*)

Sumber : tribunnews.com
Selengkapnya...

Arab Saudi dan Pengkhianatan Keluarga Saud

Arab Saudi merupakan salah satu negara di Dunia Islam yang cukup strategis, terutama karena di negara tersebut terdapat Baitullah di Makkah yang menjadi pusat ibadah haji kaum Muslim seluruh dunia. Apalagi perjalanan Islam tidak bisa dilepaskan dari wilayah Arab Saudi. Sebab, di sanalah Rasulullah saw. lahir dan Islam bermula hingga menjadi peradaban besar dunia.

Arab Saudi juga sering menjadi rujukan dalam dunia pendidikan Islam karena di negara tersebut terdapat beberapa universitas seperti King Abdul Aziz di Jeddah dan Ummul Qura di Makkah yang menjadi tempat belajar banyak pelajar Islam dari seluruh dunia. Dari negara ini, muncul Gerakan Wahabi yang banyak membawa pengaruh di Dunia Islam.



Ibnu Suud dengan Pemerintah Inggris

Lebih jauh, Saudi sering dianggap merupakan representasi negara Islam yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah.Namun demikian, di sisi lain, Saudi juga merupakan negara yang paling banyak dikritik di Dunia Islam. Sejak awal pembentukannya, negara ini dianggap memberontak terhadap Khilafah Utsmaniyah. Sejarahnya juga penuh dengan pertumpahan darah lawan-lawan politiknya.

Banyak pihak juga menyoroti tindakan keras yang dilakukan oleh rezim ini terhadap pihak-pihak yang menentang kekuasaan Keluarga Saud. Tidak hanya itu, Saudi juga dikecam karena menyediakan daerahnya untuk menjadi pangkalan militer AS. Kehidupan keluarga kerajaan yang penuh kemewahan juga banyak menjadi sorotan. Secara ekonomi, Saudi juga menjadi incaran negara-negara besar di dunia karena faktor kekayaan minyaknya.

MEMBERONTAK KEPADA NEGARA ISLAM, BERSEKUTU DENGAN INGGRIS

Secara resmi, negara ini memperingati kemerdekaannya pada tanggal 23 September. Pada saat itulah, tahun 1932, Abdul Aziz—dikenal juga dengan sebutan Ibnu Sa‘ud—memproklamirkan berdirinya Kerajaan Saudi Arabia (al-Mamlakah al-‘Arabiyah as-Su‘udiyah). Abdul Aziz pada saat itu berhasil menyatukan dinastinya; menguasai Riyad, Nejed, Ha-a, Asir, dan Hijaz.

Abdul Aziz juga berhasil mempolitisasi pemahaman Wahabi untuk mendukung kekuatan politiknya. Sejak awal, Dinasti Sa‘ud secara terbuka telah mengumumkan dukungannya dan mengadopsi penuh ide Wahabi yang dicetuskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang kemudian dikenal dengan Gerakan Wahabi. Dukungan ini kemudian menjadi kekuatan baru bagi Dinasti Sa‘ud untuk melakukan perlawanan terhadap Khilafah Islamiyah.

Hanya saja, keberhasilan Dinasti Sa‘ud ini tidak lepas dari bantuan Inggris. Mereka bekerjasama untuk memerangi pemerintahan Khilafah Islamiyah. Sekitar tahun 1792-1810, dengan bantuan Inggris mereka berhasil menguasai beberapa wilayah di Damaskus. Hal ini membuat Khilafah Islamiyah harus mengirim pasukannya untuk memadamkan pemberontakan ini. Fase pertama, pemberontakan Dinasti Saud berhasil diredam setelah pasukan Khilafah Islamiyah berhasil merebut kota ad-Diriyah.

Namun kemudian, beberapa tahun kemudian, Dinasti Sa‘ud, di bawah pimpinan Abdul Aziz bin Abdurrahman, berupaya membangun kembali kekuataannya. Apalagi pada saat itu, Daulah Khilafah Islamiyah semakin melemah. Pada tahun 1902, Abdul Aziz menyerang dan merebut kota Riyadh dengan membunuh walinya (Gubernur Khilafah ar-Rasyid). Pasukan Aziz terus melakukan penaklukan dan membunuh pendukung Khilafah Utsmaniyah dengan bantuan Inggris.

Salah satu sahabat dekat Abdul Aziz Abdurrahman adalah Harry St. John Pilby, yang merupakan agen Inggris. Philby menjuluki Abdul Aziz bin Abdurrahman sebagai “Seorang Arab yang Beruntung”, sementara Abdul Aziz menjulukinya dengan “Bintang Baru dalam Cakrawala Arab”. Philby adalah orang Inggris yang ahli Arab yang telah lama menjalin hubungan baik dengan Keluarga Sa‘ud sejak misi pertamanya ke Nejed pada tahun 1917.

Pada tahun 1926, Philby tinggal di Jeddah. Dikabarkan kemudian, Philby masuk Islam dan menjadi anggota dewan penasihat pribadi Raja pada tahun 1930. (Lihat: Goerge Lenczowsky, Timur Tengah di Tengah Kencah Dunia, hlm. 351).

Kerjasama Dinasti Sa‘ud dengan Inggris tampak dalam perjanjian umum Inggris-Arab Saudi yang ditandatangani di Jeddah (20 Mei 1927). Perjanjian itu, yang dirundingkan oleh Clayton, mempertegas pengakuan Inggris atas ‘kemerdekaan lengkap dan mutlak’ Ibnu Sa‘ud, hubungan non-agresi dan bersahabat, pengakuan Ibnu Sa‘ud atas kedudukan Inggris di Bahrain dan di keemiran Teluk, serta kerjasama dalam menghentikan perdagangan budak (ibidem, hlm. 351). Dengan perlindungan Inggris ini, Abdul Aziz (yang dikenal dengan Ibnu Sa‘ud) merasa aman dari berbagai rongrongan.

Pada tahun 1916, Abdul Aziz menerima 1300 senjata dan 20.000 keping emas dari Inggris. Mereka juga berunding untuk menentukan perbatasan negerinya, yang ditentukan oleh Percy Cox, utusan Inggris. Percy Cox mengambil pinsl dan kertas kemudian menentukan (baca: memecah-belah) perbatasan negeri tersebut. Tidak hanya itu, Inggris juga membantu Ibnu Sa‘ud saat terjadi perlawanan dari Duwaish (salah satu suku Nejed). Suku ini menyalahkan Ibnu Saud yang dianggap terlalu menerima inovasi Barat. Sekitar tahun 1927-1928, Angkatan Udara Inggris dan Pasukan Ibnu Sa‘ud mengebom suku tersebut. Mengingat kerjasama mereka yang sangat erat, Inggris memberi gelar kebangsawanan ‘sir’ untuk Abdul Aziz bin Abdurrahman.

PERSAHABATAN DENGAN AS

Persahabatan Saudi dengan AS diawali dengan ditemukannya ladang minyak di negara itu. Pada 29 Mei 1933, Standart Oil Company dari California memperoleh konsesi selama 60 tahun. Perusahaan ini kemudian berubah nama menjadi Arabian Oil Company pada tahun 1934. Pada mulanya, pemerintah AS tidak begitu peduli dengan Saudi. Namun, setelah melihat potensi besar minyak negara tersebut, AS dengan agresif berusaha merangkul Saudi. Pada tahun 1944, Deplu AS menggambarkan daerah tersebut sebagai, “sumber yang menakjubkan dari kekuatan strategi dan hadiah material yang terbesar dalam sejarah dunia (a stupendous source of strategic power and the greatest material prize in the world’s history).”

Untuk kepentingan minyak, secara khusus wakil perusahaan Aramco, James A. Moffet, menjumpai Presiden Roosevelt (April 1941) untuk mendorong pemerintah AS memberikan pinjaman utang kepada Saudi. Utang inilah yang kemudian semakin menjerat negara tersebut menjadi ‘budak’ AS. Pada tahun 1946, Bank Ekspor-Impor AS memberikan pinjaman kepada Saudi sebesar $10 juta dolar. Tidak hanya itu, AS juga terlibat langsung dalam ‘membangun’ Saudi menjadi negara modern, antara lain dengan memberikan pinjaman sebesar $100 juta dolar untuk pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan ibukota dengan pantai timur dan barat. Tentu saja, utang ini kemudian semakin menjerat Saudi.

Konsesi lain dari persahabatan Saudi-AS ini adalah penggunaan pangkalan udara selama tiga tahun oleh AS pada tahun 1943 yang hingga saat ini terus dilanjutkan. Pangkalan Udara Dhahran menjadi pangkalan militer AS yang paling besar dan lengkap di Timur Tengah. Hingga saat ini, pangkalan ini menjadi basis strategis AS, terutama saat menyerang negeri Muslim Irak dalam Perang Teluk II. Penguasa keluarga Kerajaan Saudi dengan ‘sukarela’ membiarkan wilayahnya dijadikan basis AS untuk membunuhi sesama saudara Muslim. AS pun kemudian sangat senang dengan kondisi ini.

Pada tahun 1947, saat Putra Mahkota Emir Saud berkunjung ke AS, dia menerima penghargaan Legion of Merit atas jasanya kepada sekutu selama perang. Hingga saat ini, persahabatan AS dan Saudi terus berlanjut walaupun harus menyerahkan loyalitasnya kepada AS dan membunuh sesama Muslim.

NEGARA ISLAM SEMU

Salah satu kehebatan negara Saudi selama ini adalah keberhasilannya dalam menipu kaum Muslim, seakan-akan negaranya merupakan cerminan dari negara Islam yang menerapkan al-Quran dan Sunnah. Keluarga Kerajaan juga menampilkan diri mereka sebagai pelayan umat hanya karena di negeri mereka ada Makkah dan Madinah yang banyak dikunjungi oleh kaum Muslim seluruh dunia. Saudi juga terkesan banyak memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok Islam maupun negeri-negeri Islam untuk mencitrakan mereka sebagai ‘pelayan umat’ dan penjaga dua masjid suci (Khadim al-Haramain).

Akan tetapi, citra seperti itu semakin pudar mengingat sepak terjang keluarga Kerajaan selama ini, terutama persahabatannya dengan AS yang mengorbankan kaum Muslim. Arab Saudi menjadi pendukung penuh AS baik secara politis maupun ekonomi dalam Perang Teluk II. Saudi juga mendukung serangan AS ke Afganistan dan berada di sisi Amerika untuk memerangi teroris. Untuk membuktikan kesetiaannya itu, Saudi, pada 17 Juni 2002 mengumumkan bahwa aparat keamanannya telah menahan enam orang warga negaranya dan seorang warga Sudan yang didakwa menjadi anggota Al-Qaeda. Tujuh orang itu didakwa berencana untuk menyerang pangkalan militer Amerika dengan rudal SAM 7. Masih dalam rangka kampanye AS ini, Saudi menghabiskan jutaan dolar untuk membuat opini umum—antara lain lewat iklan—bahwa Saudi adalah mitra AS dalam “perang antiterorisme.” (K.Com, Newsweek, 03/5/2002).

Penguasa Saudi juga dikenal kejam terhadap kelompok-kelompok Islam yang mengkritisi kekuasaannya. Banyak ulama berani dan salih yang dipenjarakan hanya kerena mengkritik keluarga Kerajaan dan pengurusannya terhadap umat. Tidak hanya itu, tingkah polah keluarga Kerajaan dengan gaya hidup kapitalisme sangat menyakitkan hati umat. Mereka hidup bermewah-mewah, sementara pada saat yang sama mereka membiarkan rakyat Irak dan Palestina hidup menderita akibat tindakan AS yang terus-menerus dijadikan Saudi sebagai mitra dekat.

Benarkah Saudi merupakan negara Islam? Jawabannya, “Tidak sama sekali!” Apa yang dilakukan oleh negara ini justru banyak yang menyimpang dari syariat Islam.
Beberapa bukti antara lain:

Berkaitan dengan sistem pemerintahan, dalam pasal 5a Konstitusi Saudi ditulis: Pemerintah yang berkuasa di Kerajaan Saudi adalah Kerajaan. Dalam Sistem Kerajaan berarti kedaulatan mutlak ada di tangan raja. Rajalah yang berhak membuat hukum. Meskipun Saudi menyatakan bahwa negaranya berdasarkan pada al-Quran dan Sunnah, dalam praktiknya, dekrit rajalah yang paling berkuasa dalam hukum. Sementara itu, dalam Islam, bentuk negara adalah Khilafah Islamiyah, dengan kedaulatan ada di tangan Allah SWT.

Dalam sistem kerajaan, rajalah yang juga menentukan siapa penggantinya; biasanya adalah anaknya atau dari keluarga dekat, sebagaimana tercantum dalam pasal 5c: Raja memilih penggantinya dan diberhentikan lewat dekrit kerajaan. Siapa pun mengetahui, siapa yang menjadi raja di Saudi haruslah orang yang sejalan dengan kebijakan AS. Sementara itu, dalam Islam, Khalifah dipilih oleh rakyat secara sukarela dan penuh keridhaan.

Dalam bidang ekonomi, dalam praktiknya, Arab Saudi menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Ini tampak nyata dari dibolehkannya riba (bunga) dalam transaksi nasional maupun internasional di negara itu. Hal ini tampak dari beroperasinya banyak bank ‘ribawi’ di Saudi seperti The British-Saudi Bank, American-Saudi Bank, dan Arab-National Bank. Hal ini dibenarkan berdasarkan bagian b pasal 1 undang-undang Saudi yang dikeluarkan oleh Raja (no M/5 1386 H).

Saudi juga menjadi penyumbang ‘saham’ IMF, organisasi internasional bentuk AS yang menjadi ‘lintah darat’ yang menjerat Dunia Islam dengan riba. Saudi adalah penanam saham no. 6 yang terbesar dalam organisasi itu. Ada bukti lain yang menunjukkan bahwa ekonomi Saudi adalah ekonomi kapitalis, yakni bahwa Saudi menjadikan tambang minyak sebagai milik individu (keluarga Kerajaan dan perusahaan asing), padahal minyak adalah milik umum (milkiyah ‘amah) yang tidak boleh diberikan kepada individu.

Kerajaan Saudi juga dibangun atas dasar rasialisme dan nasionalisme. Hal ini tampak dari pasal 1 Konstitusi Saudi yang tertulis: Kerajaan Saudi adalah Negara Islam Arab yang berdaulat (a sovereign Arab Islamic State). Sementara itu, dalam Islam, Khilafah adalah negara Islam bagi seluruh kaum Muslim di dunia, tidak hanya khusus orang Arab.

Tidak mengherankan kalau di Saudi seorang Muslim yang bukan Saudi baru bisa memiliki bisnis atau tanah di Saudi kalau memiliki partner warga Saudi. Atas dasar kepentingan nasional, Raja Fahd pada 1997 mengusir ratusan ribu Muslim di luar Saudi (sebagian besar dari India, Pakistan, Mesir, dan Indonesia) dari Arab Saudi karena mereka dicap sebagai pekerja ilegal.

Bahkan, untuk beribadah haji saja mereka harus memiliki paspor dan visa. Sementara itu, dalam Islam, setiap Muslim boleh bekerja dan berpergian di wilayah manapun dari Daulah Khilafah Islamiyah dengan bebas. Pada saat yang sama, Saudi mengundang ratusan non-Muslim dari Eropa dan tentara Amerika untuk bekerja di Saudi dan menempati pangkalan militer di negara itu.

Tidak hanya itu, demi alasan keamanan keluarga Kerajaan, berdasarkan data statistik kementerian pertahanan AS, negara-negara Teluk (termasuk Saudi) sejak tahun 1990-November 1995 telah menghabiskan lebih dari 72 miliar dolar dalam kontrak kerjasama militer dengan AS. Saat ini, lebih dari 5000 personel militer AS tinggal di Saudi.

Apa yang terjadi di Saudi saat ini hanyalah salah satu contoh di antara sekian banyak contoh para penguasa Muslim yang melakukan pengkhianatan kepada umat. Tidak jarang, para penguasa pengkhianat umat ini menamakan rezim mereka dengan sebutan negara Islam atau negara yang berdasarkan al-Quran dan Sunnah; meskipun pada praktiknya jauh dari Islam.

Karenanya, umat Islam wajib menyadari kewajiban menegakkan Daulah Khilafah Islamiyah yang sahih, bukan semu. Daulah Khilafah Islamiyah inilah yang akan menerapkan hukum-hukum Islam secara menyeluruh, yang pada giliran akan menyelesaikan berbagai persoalan umat ini.

Sumber : dakwahmedia.com

Selengkapnya...

Figur Salah Salah Satu Eksekutor Qisas Di Arab Saudi

Hukuman Qisas menjadi buah bibir seiring berita miris TKI Ruyati binti Satubi yang menjalani satu di antara bentuk hukuman dalam Islam itu, karena dikabarkan terbukti membunuh ibu majikannya. Secara luas, publik sudah banyak mengetahui bentuk Qisas. Eye to eye atau blood to blood istilah inggrisnya. Hilang nyawa? Ya balas nyawa.



Muhammad Saad al-Beshi, eksekutor hukuman Qisas di Arab Saudi.

Pun sedikit saja yang mengetahui cerita hidup dan kehidupan para eksekutor qisas. Sebuah balada hidup jagal qisas yang terungkap ke publik adalah kisah Muhammad Saad al-Beshi.

Di Arab Saudi, nama Beshi cukup terkenal. Maklum saja, pria yang kini berusia sekitar 50 tahun ini merupakan seorang eksekutor andal yang dipekerjakan secara khusus oleh pemerintah Arab Saudi. Beshi, yang direkrut jadi eksekutor sejak 1998, mengaku bangga dengan pekerjaannya itu.



Bukan hal yang menakutkan baginya meski harus menjalankan perintah memenggal kepala para terpidana mati, tak terkecuali wanita. Padahal secara pribadi, al-Beshi merupakan pribadi antikekerasan terhadap perempuan.

“Saya memang menentang kekerasan terhadap perempuan. Namun, jika semua perintah (pemenggalan) datangnya dari Tuhan, saya harus melaksanakannya. Saya bangga bisa melakukan pekerjaan untuk Tuhan,” ujar Beshi seperti dikutip harian Arab News.

Berdasarkan hukum Islam yang berlaku di Arab Saudi, hukuman mati pantas diberlakukan untuk seorang pembunuh, pemerkosa, penyelundup narkoba, perampokan bersenjata dan pengguna narkoba.

Selain diminta memenggal kepala tahanan, tak jarang Beshi juga diminta menembak mati tahanan perempuan. “Semua tergantung permintaan. Kadang mereka menyuruh saya menggunakan pedang, kadang pula dengan senjata api. Namun, seringkali saya memakai pedang,” ujarnya.

Ketika diwawancarai, Beshi bekerja sebagai eksekutor di penjara Taif. Di antara tugasnya di sana, ia harus memborgol dan menutup mata tahanan yang menghadapi hukuman mati. Pernah, dalam sehari ia memenggal 10 kepala terpidana mati.

Betapapun kuat mental Beshi, toh ia mengakui bahwa ketika pertama kali menjadi eksekutor di Jeddah, ia sangat gugup. Pasalnya, banyak orang yang menyaksikan eksekusi itu. Namun, kini Beshi telah mampu mengatasi “demam panggung”-nya. (arabnews/surya/*)


Sekali Tebas Pedang Gelindingkan Kepala Beberapa Meter

TRIBUNNEWS.COM - Apa rasanya memenggal kepala manusia? Muhammad Saad al-Beshi, seorang eksekutor hukuman qisas mengakui sempat gugup pada saat pertama kali menjalankan tugas yang ia anggap mulia tersebut. Rasa takut bercampur dengan cemas karena disaksikan banyak 'penonton'.
Sebelum memenggal, al-Beshi harus lebih dulu memborgol dan menutup mata tahanan yang menghadapi hukuman mati.

“Tahanan saat itu diikat dan ditutup matanya. Dengan sekali tebas pakai pedang, saya memisahkan kepalanya, yang jatuh menggelinding beberapa meter jauhnya,” kenang Beshi tentang pemenggalan pertama yang dilakukannya.

Kala itu, banyak saksi yang muntah usai menyaksikan pemenggalan tersebut. Beshi mengaku tidak tahu mengapa mereka ikut menyaksikan “penjagalan” kalau tak tahan.

Meski menjadi penjagal kelas wahid di negaranya, Beshi menyebut tak ada orang yang takut pada dirinya. Kehidupannya di masyarakat sama seperti warga awam kebanyakan.

“Saya tetap memiliki banyak saudara dan teman, terutama di masjid. Saya juga memiliki kehidupan normal seperti kebanyakan orang. Tidak ada masalah dengan kehidupan sosial saya,” tegasnya.

Sumber : tribunnews.com
Selengkapnya...

Selasa, 21 Juni 2011

Yang Putih Atau yang Hitam?

Seorang gembala sedang menggembalakan dombanya. Seorang yang lewat berkata, "Engkau mempunyai kawanan
domba yang bagus. Bolehkan saya mengajukan beberapa pertanyaan tentang domba-domba itu?" "Tentu," kata gembala itu.

Orang itu berkata, "Berapa jauh domba-dombamu berjalan setiap hari?"

"Yang mana, yang putih atau yang hitam?"

"Yang putih."

"Ah, yang putih berjalan sekitar enam kilometer setiap hari."

"Dan yang hitam?"

"Yang hitam juga."

"Dan berapa banyak rumput mereka makan setiap hari?"

"Yang mana, yang putih atau yang hitam?"

"Yang putih."

"Ah, yang putih makan sekitar empat pon rumput setiap hari."

"Dan yang hitam?"

"Yang hitam juga."

"Dan berapa banyak bulu yang mereka hasilkan setiap tahun?"

"Yang mana, yang putih atau yang hitam?"

"Yang putih."

"Ah menurut perkiraan saya, yang putih menghasilkan sekitar enam pon bulu setiap tahun kalau
mereka dicukur."

"Dan yang hitam?"

"Yang hitam juga."

Orang yang bertanya menjadi penasaran.

"Bolehkah saya bertanya, mengapa engkau mempunyai kebiasaan yang aneh, membedakan dombamu menjadi domba putih dan hitam setiap kali engkau menjawab pertanyaanku?"

Gembala itu menjawab, "Tentu saja.

Yang putih adalah milik saya."

"Ooo, dan yang hitam?"

"Yang hitam juga," kata gembala itu.
Selengkapnya...

Anjing Terkuat

Zaman dulu di Inggris, ketika zaman para landlord memiliki anjing-anjing pemburu yang tangguh, tersebut seorang yang memiliki anjing dengan tinggi cuma 30cm. Saat ia berjalan-jalan, ia bertemu Sir Graham yang memiliki anjing buldog gede dan serem.

"Hai, orang asing," kata Sir Graham, " anjingmu kecil sekali!" Orang itu menjawab, "Oya,
baiklah, kalo anjingmu bisa mengalahkan anjing ku ini dalam 15 detik, kau kuberi 1000 keping emas."

Dan mereka mengadu anjingnya. Setelah 10 detik, darah berceceran dimana-mana. Si buldog hancur.
Dan orang itu menerima 1000 keping emas dari pemilik buldog.

Setelah berjalan sebentar, ia bertemu Sir John yang memiliki anjing blasteran herder dan serigala. Kali ini pun ia menantang anjing serigala itu dengan waktu 20 detik dan taruhan 5000 keping emas.

Anjing herder itu hancur dalam 15 detik. Ketika ia akan pergi, Sir John menyarankannya untuk menemui raja yang memiliki anjing terkuat di seantero kerajaan.

Lalu orang asing itu pun menemui Raja dan menantang anjingnya dengan taruhan 10000 keping emas.
Lagi-lagi anjing lawan dihancurkan.

Terherean-heran, raja bertanya," Hebat sekali, anjing apa ini dan bagaimana kau melatihnya?"

Orang asing itu menjawab, "Oh, latihannya biasa-biasa saja, dan rasnya pun saya sendiri kurang jelas. Tapi kalo gak salah, sebelum ekornya dipotong dan diberi kuping-kupingan, namanya buaya."
Selengkapnya...